KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunianya, sehingga makalah tentang
”Pemanfaatan Radio Isotop dalam bidang Pertanian” ini dapat diselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata kuliah”
Radiokimia” DR.IIS SITI JAHRO, M. Si . Yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk membuat makalah mengenai pemanfaatan RadioIsotop dalam bidang
Pertanian ini.
Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang
penulis dapat dari berbagai sumber, baik dari buku –buku kimia maupun internet.
Dengan demikian makalah ini membahas
tentang pengertian, bagaimana sifat Radioisotop itu sendiri, bagaimana cara
memperoleh tersebut manfaat yang
terkandung didalamnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum begitu
memadai, terutama di bagian pembahasan materi
tentang masalah radio Isotop tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya kekurangan tersebut penulis
menerima kritik dan saran dari Dosen untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir
kata penulis mengucapkan terima
kasih, dan semoga makalah ini bermanfaat.
Medan, Maret 2013
Penulis
Misael
Pasaribu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Isotop
berasal dari kata iso+topos yang berarti “sama tepat” dengan sistem periodik.
Isotop ialah dua atom atau lebih yang bernomor atom sama, tetapi nomor massanya
berbeda. Jumlah elektron setiap isotop sama, oleh sebab itu isotop-isotop
memiliki sifat kimia sama.Beberapa isotop mempunyai sifat radioaktif. Teknologi
yang memanfaatkan radioaktif dikenal dengan istilah teknologi nuklir, sedangkan
isotop yang bersifat radioaktif disebut radioisotop, dan zat yang bersifat
radioaktif disebut zat radioaktif. Radioisotop banyak digunakan dalam bidang
kesehatan, pertanian, perikanan, peternakan, arkeologi, industri, hidrologi dan
listrikan. Zat Radioaktif pertama ditemukan adalah uranium. Pada tahun 1898,
Marie curie bersama-sama dengan suaminya Pierre Curie menemukan dua unsur
lain dari batuan uranium yang
jauh lebih aktif dari
uranium. Kedua unsur itu
mereka namakan masing-masing polonium
(berdasarkan nama Polonia, negara asal dari
Marie Curie), dan radium (berasal dari kata Latin radiare yang berarti
bersinar). Ternyata, banyak
unsur yang secara
alami bersifat radioaktif.
Semua isotop yang bernomor atom diatas 83 bersifat radioaktif. Unsur yang
bernomor atom 83 atau kurang mempunyai isotop yang
stabil kecuali teknesium dan promesium.
Isotop yang bersifat radioaktif disebut isotop radioaktif
atau radioisotop, sedangkan isotop yang tidak radiaktif
disebut isotop stabil. Dewasa ini, radioisotop dapat juga dibuat
dari isotop stabil. Jadi disamping radioisotop alami juga ada radioisotop
buatan.
Radionuklida/ Radioisotop adalah
isotop dari zat radioaktif yang mampu memancarkan Radiasi. Radioisotop dapat
terjadi secara lamiah maupun sengaja dibuat manusia untuk reaktor penelitian.(
herry, 1997)
Pengunaan
radioisotop sebagai perunut didasarkan pada ikataan bahwa
isotop radioaktif mempunyai sifat kimia yang sama
dengan isotop stabil. Jadi
suatu isotop radioaktif melangsungkan
reaksi kimia, yang
sama seperti isotop stabilnya (
Jalil, 2000).
1.2
Tujuan Penulisan
a.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan radioisotop.
b.
Mengetahui sifat positif dari radiasi.
c.
Mengetahui aplikasi radioisotop di bidang pertanian.
d.
Mengetahui resiko dari penggunaan radiasi.
1.3
Rumusan Masalah
a .
Bagaimana suatu unsur dapat dikatakan radioisotop?
b. Apa saja aplikasi radioisotop dalam bidang
pertanian serta resiko yang dapat ditimbulkan?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Radio Isotop
Radioisotop atau radionuklida adalah isotop
dari zat radioaktif. Radioisotop mampu memancarkan radiasi. Radioisotp dapat
terjadi secara alamiah maupun sengaja dibuat oleh manusia dalam reaktor
penelitian. Peran radioisotop sbagai pencari jejak tidak terlepas dari
sifat-sifat khas yang dimilikinya. Pertama, radioisotop memancarkan radiasi
dmanapun dia berada dan mudah dideteksi. Radioisotop ibarat lampu yang tak
pernah padam senantiasa memancarkan cahayanya. Kedua, laju peluruhan tiap
satuan waktu ( Radiotivitas) hanya merupakan fungsi atom radioisotop yang ada,
tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik temperatur, tekanan, pH. Sebagai
perunut, radoisotop ditambahkan ke dalam suatu sistem untuk mempelajari sistem
itu, baik sistern fisika, kimia maupun sistem biologi. Oleh karena radioisotop
mempunyai sifat kimia yang sama seperti isotop stabilnya, maka radioisotop
dapat digunakan untuk menandai suatu senyawa sehingga perpindahan perubahan
senyawa itu dapat dipantau. Radio isotop juga berperan dalam bidang kedokteran,
pertanian, industri, hidrologi, dan biologis.
Radionuklida atau radioisotop adalah
isotop dari zat radioaktif. radionuklida mampu memancarkan radiasi.
Radionuklida dapat terjadi secara alamiah atau sengaja dibuat oleh manusia
dalam reaktor penelitian. Produksi radionuklida dengan proses aktivasi
dilakukan dengan cara menembaki isotop stabil dengan neutron di dalam teras
reaktor. Proses ini lazim disebut irradiasi neutron, sedangkan bahan yang
disinari disebut target atau sasaran. Neutron yang ditembakkan akan masuk ke
dalam inti atom target sehingga jumlah neutron dalam inti target tersebut
bertambah. Peristiwa ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan inti atom sehingga
berubah sifat menjadi radioaktif.Banyak isotop buatan yang dapat dimanfaatkan antara lain Na-24, P-32, Cr-51,
Tc-99, dan I-131.
2.2 Sifat Sifat Radio Isotop
Peran radioisotop sebagai pencari jejak tidak terlepas dari
sifat-sifat khas yang dimilikinya.
Pertama, radioisotop memancarkan radiasi manapun dia berada dan mudah dideteksi. Radioisotop ibarat lampu yang tidak pernah padam senantiasa memancarkan cahayanya.Radioisotopdalam jumlah sedikit sekali pun dapatdengan mudah diketahui keberadaannya. Dengan teknologi pendeteksian radiasi saat ini, radioisotop dalam kisaran pikogram (satu per satu trilyun gram) pun dapat dikenali dengan mudah. Sebagai ilustrasi, jika radioisotop dalam bentuk carrier free (murni tidak mengandung isotop lain) sebanyak 0,1 gram saja dibagi rata ke seluruh penduduk bumi yang jumlahnya lebih dari 5 milyar, jumlah yang diterima oleh masing-masing orang dapat diukur secara tepat.
Pertama, radioisotop memancarkan radiasi manapun dia berada dan mudah dideteksi. Radioisotop ibarat lampu yang tidak pernah padam senantiasa memancarkan cahayanya.Radioisotopdalam jumlah sedikit sekali pun dapatdengan mudah diketahui keberadaannya. Dengan teknologi pendeteksian radiasi saat ini, radioisotop dalam kisaran pikogram (satu per satu trilyun gram) pun dapat dikenali dengan mudah. Sebagai ilustrasi, jika radioisotop dalam bentuk carrier free (murni tidak mengandung isotop lain) sebanyak 0,1 gram saja dibagi rata ke seluruh penduduk bumi yang jumlahnya lebih dari 5 milyar, jumlah yang diterima oleh masing-masing orang dapat diukur secara tepat.
Kedua, laju peluruhan tiap satuan waktu (radioaktivitas)
hanya merupakan fungsi jumlah atom radioisotop yang ada, tidak dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan baik temperatur, tekanan, pH dan sebagainya. Penurunan
radioaktivitas ditentukan oleh waktu paro, waktu yang diperlukan agar
intensitas radiasi menjadi setengahnya. Waktu paro ini merupakan bilangan khas
untuk tiap-tiap radioisotop. Misalnya karbon-14 memiliki waktu paro 5.730 tahun,
sehingga radioaktivitasnya berkurang menjadi separonya setelah 5.730 tahun
berlalu. Seluruh radioisotop yang telah berhasil ditemukan telah diketahui pula
waktu paronya. Waktu paro radioisotop bervariasi dari kisaran milidetik sampai
ribuan tahun. Waktu paro ini merupakan faktor penting dalam pemilihan jenis
radioisotop yang tepat untuk keperluan tertentu.
Ketiga, intensitas radiasi ini tidak bergantung pada bentuk
kimia atau senyawa yang disusunnya. Hal ini dikarenakan pada reaksi kimia atau
ikatan kimia yang berperan adalah elektron, utamanya elektron pada kulit atom
terluar, sedangkan peluruhan radioisotop merupakan hasil dari perubahan pada
inti atom.
Keempat, radioisotop memiliki konfigurasi elektron yang sama
dengan isotop lain sehingga sifat kimia yang dimiliki radioisotop sama dengan
isotop-isotop lain dari unsur yang sama. Radioisotop karbon-14, misalnya,
memiliki karakteristik kimia yang sama dengan karbon-12.
Kelima, radiasi yang dipancarkan, utamanya radiasi gamma,
memiliki daya tembus yang besar. Lempengan logam setebal beberapa sentimeter
pun dapat ditembus oleh radiasi gamma, utamanya gamma dengan energi tinggi.
Sifat ini mempermudah dalam pendeteksian.
2.3 Zat
Radio Aktif dan Radio Isotop
Pada tahun 1895, W.C. Rontgen menemukan bahwa tabung sinar
katode mengahasilkan suatu radiasi berdaya tembus tinggi yang dapat
menghitamkan film potret, walupun film tersebut terbungkus kertas hitam. Karena
belum mengenal hakekatnya, sinar ini dinamai sinar X. Ternyata sinar X adalah
suatu radiasi elektromagnetik yang timbul karena benturan berkecepatan tinggi
yaitu sinar katode dengan suatu materi (anode).
Sekarang sinar X disebut juga sinar rontgen dan digunakan
untuk rontgent yaitu untuk mengetahui keadaan organ tubuh bagian dalam.
Penemuan sinar X membuat Henry Becguerel tertarik untuk meneliti zat yang
bersifat fluorensensi, yaitu zat yang dapat bercahaya setelah terlebih dahulu
mendapat radiasi (disinari), Becquerel menduga bahwa sinar yang dipancarkan
oleh zat seperti itu seperti sinar X. Secara kebetulan, Becquerel meneliti
batuan uranium.
Ternyata dugaan itu benar bahwa sinar yang dipancarkan
uranium dapat menghitamkan film potret yang masih terbungkus kertas
hitam. Akan tetapi, Becqueret menemukan bahwa batuan uranium memancarkan sinar
berdaya tembus tinggi dengan sendirinya tanpa harus disinari terlebih dahulu.
Penemuan ini terjadi pada awal bulan Maret 1986. Gejala semacam itu,yaitu
pemancaran radiasi secara spontan, disebut keradioaktifan, dan zat yang
bersifat radioaktif disebut zat radioaktif.
Zat radioaktif yang pertama ditemukan adalah uranium. Pada
tahun 1898, Marie Curie bersama-sama dengan suaminya Pierre Curie menemukan dua
unsur lain dari batuan uranium yang jauh lebih aktif dari uranium. Kedua unsure
itu mereka namakan masing-masing polonium (berdasarkan nama Polonia, negara
asal dari Marie Curie), dan radium (berasal dari kata Latin radiare yang
berarti bersinar). Ternyata, banyak unsur yang secara alami bersifat
radioaktif. Semua isotop yang bernomor atom diatas 83 bersifat radioaktif.
Unsur yang bernomor atom 83 atau kurang mempunyai isotop yang stabil kecuali
teknesium dan promesium. Isotop yang bersifat radioaktif disebut isotop
radioaktif atau radio isotop, sedangkan isotop yang tidak radiaktif disebut
isotop stabil. Dewasa ini, radioisotop dapat juga dibuat dari isotop stabil.
Jadi disamping radioisotop alami juga ada radioisotop buatan.
Atom terdiri atas inti atom dan elektron- elektro yang
beredar mengitarinya. Reaksi kimia biasa (seperti reaksi pembakaran dan
penggaraman), hanya menyangkut perubahan pada kulit atom, terutama elektron
pada kulit terluar, sedangkan inti atom tidak berubah. Reaksi
yang menyangkut perubahan pada inti disebut reaksi inti atau
reaksi nuklir (nukleus=inti).
Reaksi nuklir ada yang terjadi secara spontan ataupun
buatan. Reaksi nuklir spontan terjadi pada inti-inti atom yang tidak stabil.
Zat yang mengandung inti tidak stabil ini disebut zat radioaktif. Adapun reaksi
nuklir tidak spontan dapat terjadi pada inti yang stabil maupun,inti yang tidak
stabil. Reaksi nuklir disertai perubahan energi berupa radiasi dan kalor.
Berbagai jenis reaksi nuklir disertai pembebasan kalor yang sangat dasyat,
lebih besar dan reaksi kimia biasa.
Dewasa ini, reaksi nuklir telah banyak digunakan untuk
tujuan damai (bukan tujuan militer) baik sebagai sumber radiasi maupun
sebagai sumber tenaga dan pemanfaatannya dalam berbagai bidang.
2.3.1. Sinar-sinar Radioaktif :
Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa
radiasi yang dipancarkan zat radioaktif dapat dibedakan atas dua jenis
berdasarkan muatannya. Radiasi yang berrnuatan positif dinamai sinar alfa, dan
yang bermuatan negative diberi nama sinar beta. Selanjutnya Paul U.Viillard
menemukan jenis sinar yang ketiga yang tidak bermuatan dan diberi nama sinar
gamma.
2.3.1.a. Sinar alfa ( α )
Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan
positif. Partikel sinar alfa sama dengan inti helium -4, bermuatan +2e dan
bermassa 4 sma. Partikel alfa adalah partikel terberat yang dihasilkan oleh zat
radioaktif. Sinar alfa dipancarkan dari inti dengan kecepatan sekitar 1/10
kecepatan cahaya. Karena memiliki massa yang besar, daya tembus sinar
alfa paling lemah diantara diantara sinar-sinar radioaktif. Diudara hanya
dapat menembus beberapa cm saja dan tidak dapat menembus kulit.
Sinar alfa dapat dihentikan oleh selembar kertas biasa.
Sinar alfa segera kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan molekul media
yang dilaluinya. Tabrakan itu mengakibatkan media yang dilaluinya
mengalam ionisasi. Akhirnya partikel alfa akan menangkap 2 elektron dan berubah
menjadi atom helium 42.
2.3.1.b. Sinar beta (β)
Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif.
Sinar beta merupakan berkas elektron yang berasal dari inti atom. Partikel beta
yang bemuatan -le dan bermassa 1/836 sma. Karena sangat kecil,
partikel beta dianggap tidak bermassa sehingga dinyatakan dengan notasi
0-1e. Energi sinar beta sangat bervariasi, mempunyai daya tembus lebih besar
dari sinar alfa tetapi daya pengionnya lebih lemah. Sinar beta paling energetik
dapat menempuh sampai 300 cm dalam udara kering dan dapat menembus kulit.
2.3.1.c. Sinar
gamma ( γ )
Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetek berenergi tinggi,
tidak bermuatan dan tidak bermassa. Sinar gamma dinyatakan dengan
notasi 0 y. Sinar gamma mempunyai daya tembus. Selain sinar alfa, beta, gamma,
zat radioaktif buatan juga ada yang memancarkan sinar X dan sinar
Positron. Sinar X adalah radiasi sinar elektromagnetik.
2.4
Satuan Radiasi
Berbagai satuan digunakan untuk menyatakan intensitas atau
jumlah radiasi bergantung pada jenis yang diukur.
2.4.a. Curie(Ci) dan Becquerrel (Bq)
Curie dan Bequerrel adalah satuan yang dinyatakan untuk
menyatakan keaktifan yakni jumlah disintegrasi (peluruhan) dalam satuan waktu.
Dalam system satuan SI, keaktifan dinyatakan dalam Bq. Satu Bq sama
dengan satu disintegrasi per sekon.
1Bq
= 1 dps
dps
= disintegrasi per sekon
Satuan
lain yang juga biasa digunakan ialah Curie. Satu Ci ialah keaktifan yang setara
dari 1 gram garam radium, yaitu 3,7.1010 dps.
1Ci
= 3,7.1010 dps = 3,7.1010 Bq
2.4.b. Gray (gy) dan Rad (Rd)
Gray dan Rad adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan
keaktifan yakni jumlah (dosis) radiasi yang diserap oleh suatu materi. Rad
adalah singkatan dari 11radiation absorbed dose. Dalam sistem satuan SI, dosis
dinyatakan dengan Gray (Gy). Satu Gray adalah absorbs 1 Joule per
kilogram materi.
1
Gy = 1 J/kg
Satu
rad adalah absorbsi 10-3 joule energi/gram jaringan.
1
Rd = 10-3 J/g
Hubungan
grey dengan fad
1
Gy = 100 rd
2.4.c. Rem
Daya perusak dari sinar-sinar radioaktif tidak saja
bergantung pada dosis tetapi juga pada jenis radiasi itu sendiri. Neutron,
sebagai contoh, lebih berbahaya daripada sinar beta dengan dosis dan intensitas
yang sama. Rem adalah satuan dosis setelah memperhitungkan pengaruh radiasi
pada mahluk hidup (rem adalah singkatan dari radiation equiwlen for man).
2.5 Penggunaan Radioisotop
Pemanfaatan radioisotop semakin luas dalam berbagai bidang. Secara
garis besar, penggunaan radioisotop buatan dibagi menjadi 2 golongan utama. Yaitu,
sebagai perunut ( tracer ) dan sumber radiasi. Pengunaan radioisotop
sebagai perunut didasarkan pada pengertian bahwa isotop radioaktif mempunyai
sifat kimia yang sama dengan isotop stabil. Jadi suatu isotop radioaktif
melangsungkan reaksi kimia, yang sama seperti isotop stabilnya. Sedangkan
penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi didasarkan pada kenyataan bahwa
radiasi yang dihasilkan zat radioaktif dapat mempengaruhi materi maupun mahluk
hidup. Radiasi dapat digunakan untuk memberi efek fisis, efek kimia maupun efek
biologi (Nurlaila, 2002).
Prinsip radioisotop sebagai perunut yaitu
menambahkan bahan radioisotop tersebut ke dalam suatu sistem (baik sistem
fisika, kimia, maupun biologi). Karena radioisotop tersebut mempunya sifat
kimia yang sama dengan sisten tersebut maka radioisotop yang telah ditambahkan
dapat digunakan
untuk menandai suatu senyawa sehingga perubahan senyawa pada sistem dapat
dipantau. Penggunaannya dalam berbagai bidang antara lain bidang pertanian,
bidang hidrologi, bidang biologis, bidang industry dan bidang kedokteran.
2.6 Pemanfaatan Radio
Isotop dalam bidang Pertanian
Pemanfaatan Radio Isotop dalam
bidang Pertanian antara lain dalam bidang;
2.6.a. Pembentukan Bibit Unggul
Dalam bidang pertanian, radiasi gamma dapat digunakan untuk
memperoleh bibit unggul. Sinar gamma menyebabkan perubahan dalam struktur dan
sifat kromosom sehingga memungkinkan menghasilkan generasi yang lebih baik,
misalnya gandum dengan yang umur lebih pendek.
Selain sinar gamma, fosfor-32 (P-32) juga berguna untuk
membuat benih tumbuhan yang bersifat lebih unggul dibandingkan induknya.
Radiasi radioaktif ini ke tanaman induk akan menyebabkan ionisasi pada berbagai
sel tumbuhan. Ionisasi inilah yang menyebabkan turunan akan mempunyai sifat
yang berbeda dari induknya. Kekuatan radiasi yang digunakan diatur sedemikian
rupa hingga diperoleh sifat yang lebih unggul dari induknya.
2.5.b. Pemupukan dan Pemberantasan Hama dengan Serangga
Mandul
Radioisotop
fosfor dapat dipakai untuk mempelajari pemakaian pupuk oleh tanaman. Ada jenis
tanaman yang mengambil fosfor sebagian dari tanah dan sebagian dari pupuk. Berdasarkan
hal inilah digunakan fosfor radioaktif untuk mengetahui pola penyebaran pupuk
dan efesiensi pengambilan fosfor dari pupuk oleh tanaman. Radioisotop yang digunakan sebagai perunut
dalam penelitian efisiensi pemupukan tanaman
adalah fosfor-32 (32P). Teknik perunut dengan radioisotop akan memberikan cara pemupukan yang tepat dan hemat.
adalah fosfor-32 (32P). Teknik perunut dengan radioisotop akan memberikan cara pemupukan yang tepat dan hemat.
Teknik radiasi juga dapat digunakan untuk memberantas hama
dengan menjadikan serangga mandul.
Dengan radiasi dapat mengakibatkan efek biologis, sehingga
timbul kemandulan pada serangga jantan. Kemandulan ini dibuat di laboratorium
dengan cara hama serangga diradiasi sehingga serangga jantan menjadi mandul. Setelah
disinari hama tersebut dilepas di daerah yang terserang hama, sehingga
diharapkan akan terjadi perkawinan antara hama setempat dengan jantan mandul
yang dilepas, sehingga telur itu tidak akan menetas.
Radio isotop juga dapat digunakan dalam upaya pemberantasan hama. Radioisotop
dapat meradiasi sel – sel kelamin hama jantan sehingga menjadi mandul.
Selanjutnya, hama – hama jantan yang mandul ini di lepas kembali sehingga hama
betina tidak akan dapat berkembang biak
a.
Stroberi
tampa radiasi, yang berjamur setelah di simpan beberapa hari
b. Stroberi yang tetap segar setelah
penyimpanan dua minggu karena telah disterilisasi dengan cara radiasi
2.6.c. Pengawetan Makanan
Pada musim panen, hasil produksi pertanian melimpah. Beberapa
dari hasil pertanian itu mudah busuk atau bahkan dapat tumbuh tunas, contohnya
kentang. Oleh karena itu diperlukan teknologi untuk mengawetkan bahan pangan
tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan irradiasi sinar
radioaktif. Radiasi ini juga dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur.
2.6.d Pemuliaan tanaman
Pemuliaan tanaman
atau pembentukan bibit unggul dapat dilakukan dengan menggunakan radiasi.
Misalnya pemuliaan padi, bibit padi diberi radiasi dengan dosis yang bervariasi,
dari dosis terkecil yang tidak membawa pengaruh hingga dosis rendah yang
mematikan. Biji yang sudah diradiasi itu kemudian disemaikan dan ditaman
berkelompok menurut ukuran dosis radiasinya.
2.6.e Penyimpanan makanan
Kita mengetahui
bahwa bahan makanan seperti kentang dan bawang jika disimpan lama akan
bertunas. Radiasi dapat menghambat pertumbuhan bahan-bahan seperti itu. Jadi
sebelum bahan tersebut di simpan diberi radiasi dengan dosis tertentu sehingga
tidak akan bertunas, dengan dernikian dapat disimpan lebih lama.
2.6.f Untuk mencegah timbulnya
penyakit padat Tumbuhan
Penyakit tumbuhan yang disebabkan jamur merupakan masalah
pertanian yang utama. Upaya mengatasinya adalah pengontrolan penyakit itu
secara kimiawi Penelusuran dengan radioisotop, misalnya dengan sulfur-35,
dimungkinkan untuk mengukur pertumbuhan kimiawi dalam spora-spora tunggal dan
mengikuti zat kimia sekujur tanaman. Orang bisa mempelajari siklus kehidupan
mikroorganisme dan memahami bagaimana suhu dan kelembaban mempengaruhi
siklus itu.
Orang juga bias menemukan perubahan kimiawi dalam sel
tanaman yang membuat tanaman itu mudah diserang jamur. Penelusuran radioisotope
dapat menentukan serangga predator yang senang memangsa serangga hama pemakan
tanaman. Hama dibuat radioaktif, dan jejaknya ditemukan dengan detector di
dalam serangga predator.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dewasa
ini, reaksi nuklir telah banyak digunakan untuk tujuan damai (bukan tujuan
militer) baik sebagai sumber radiasi maupun sebagai sumber tenaga dan
pemanfaatannya dalam berbagai bidang.
1. Dalam bidang pertanian untuk
membentuk bibit unggul, dan dalam penyimpanan makanan pun radioisotop
diperlukan
2. Penggunaan Radioisotop zat
radioaktif yang sangat luas dewasa ini dapat menimbulkan berbagai sensasi dalam
kehidupan
3. Kemajuan teknologi dengan
ditemukannya zat radioaktif dan radioisotop memudahkan aktifitas manusia dalam
berbagai bidang kehidupan.
Prinsip
radioisotop sebagai perunut yaitu menambahkan bahan radioisotop tersebut ke
dalam suatu sistem (baik sistem fisika, kimia, maupun biologi). Karena
radioisotop tersebut mempunya sifat kimia yang sama dengan sisten tersebut maka
radioisotop yang telah ditambahkan dapat digunakan untuk menandai suatu
senyawa sehingga perubahan senyawa pada sistem dapat dipantau.
B.
SARAN
1.
Masalah zat radioaktif dan radioisotop hendaknya tidak ditafsirkan sebagai satu
fenomena yang menakutkan.
2.
Penggunaan radioaktif dan radioisotop hendaknya dibarengi pengetahuan dan
teknologi yang tinggi.
3.
Diharapkan penggunaan zat radioaktif dan radioisotop ini untuk kemakmuran dan
kesejahteraan umat manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Anwar,budiman.2005.
1700 Bank Soal Bimbingan dan Pemantapan Kimia. Bandung : Yrama Widya.
Astatin (UPDATED!). “Kegunaan Radioisotop”.
http://imperfectionsts.wordpress.com/2010/10/17/kegunaan-radioisoitop/.
(diakses 17 februari 2013).
Allingger,
Norman.1993. Organic Chemistry. New york: Gracindo
Badan
Tenaga Atom Nasional. 1998. Pengembangan dan Penelitian Aplikasi Isotop Dan
Radiasi. Jakarta: Jumatom
Guru
muda (dot) com. “Penggunaan Radioisotop”.
http://gurumuda.com/bse/penggunaan-radioisotop/. (diakses 15 februari 2013)
Prawestiana,
Vera. Penggunaan Radioisotop dalam Kehidupan.
Susilowati,
Endang. 2009. Theory and Application of Chemistry 3. Jakarta: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
http://www.scribd.com/doc/38154431/PENGGUNAAN-RADIOISOTOP/.
(diakses 23 februari 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar