Selasa, 09 September 2014

Peran, Proses dan Produk Bioteknologi dalam Bidang Peternakan




PENGARUH  PEMBERIAN  PAKAN YANG DIFERMENTASIDENGANEFFECTIVE  MICROORGANISMS-4 (EM-4) PADA AYAM BROILER  DAN REGULASI HORMON TERHADAP EKSPRESI GEN PADA AYAM HUTAN
(Gallus sp)
Misael Pasaribu (4111410001)
Jurusan Kimia Universitas Negeri Medan

PENDAHULUAN
Effective Microorganisms-4 (EM-4) adalah salah satu jenis probiotik yang merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman dan ternak yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk meningkatkan kecernaan bahan pakan ternak, baik sebelum dikonsumsi maupun selama dalam saluran pencernaan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan probiotik. Effective Microorganisms-4 (EM-4) adalah salah satu jenis probiotik yang merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman dan ternak yang dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganisme. Menurut Higa penggunaan EM-4 dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan kualitas produksi tanaman dan ternak. EM-4 terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat (Lactobacillus sp), khamir (Saccharomyces sp) serta Actinomycetes. Deptan dan Subadiyasa menambahkan di dalam EM-4 juga terdapat jamur fermentasi (peragian) yaitu Penicillium sp dan Aspergillus sp. Prinsip fermentasi adalah mengaktifkan pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan, sehingga membentuk produk baru yang berbeda dari bahan asal. Menurut Winarno dan Fardiaz, bahan pakan yang mengalami fermentasi dapat meningkatkan nilai gizinya jika dibandingkan dengan bahan asalnya. Melalui pengolahan dengan teknologi fermentasi oleh EM-4 diharapkan mampu meningkatkan daya cerna protein pakan, kandungan protein daging dan pertambahan berat badan ayam broiler, sehingga terjadi peningkatan efisiensi pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan yang difermentasi EM-4 pada berbagai konsentrasi, terhadap daya cerna protein pakan, kandungan protein daging, dan pertambahan berat badan ayam broiler
Dalam era industrialisasi salah satu upaya terobosan dalam meningkatkan produksi dan efisiensi usaha termasuk usaha pertanian. Saat ini telah berkembang rekayasa genetika yang akan memberikan harapan bagi industry pertemakan, baik yang berkaitan dengan masalah produksi, pakan maupun medis veteriner. Potensi pengembangan dan penerapan bioteknologi peternakan tersebut sangat besar termasuk Indonesia. Dalam dasawarsa terakhir ini peranan bioteknologi semakin hari semakin bertambah besar yaitu dalam menunjang kegiatan pengembangan. Cakupan bioteknologi cukup luas, baik yang baru dalam tahap penelitian maupun yang sudah dapat diaplikasikan. Pada umumnya diasosiasikan sebagai rekayasa genetika (genetic enginnering) dan biologi molekuler. Penelitian dan pengembangan hormon dan produksi biologi lainnya diarahkan untuk diagnosa dini baik untuk penyakit maupun untuk kebuntingan.
Aplikasi lain adalah untuk memacu pertumbuhan yang lebih cepat. Selain hormone ada 3 bagian biologi yang akan diteliti dan dikembangkan, yaitu metabolic sekunder, biokonversi dan analisis genetika. Aplikasi bioteknologi dibidang peternakan yang sedang digarap meliputi 3 bagian utama yaitu bioteknologi produksi, bioteknologi pakan dan bioteknologi
molekuler, meliputi :
1. Bioteknologi reproduksi, seperti: inseminasi buatan, transfer embrio dan
rekayasa genetika meliputi 19 jenis ternak/hewan yang perlu dikembangkan.
2. Bioteknologi pakan ternak yang terdiri dari bioteknologi pakan hijau dan
konsentrat.
3. Bioteknologi molekuler dibidang kesehatan hewan dan produksi bahan vaksin dan bahan obat (anti biotik, probiotik, immunoregulator hormon). Reproduksi dan pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh hormon seperti steroid maupun peptida. Dalam kemajuan, bidang rekayasa genetika sangat dimungkinkan untuk mengisolasi gen target. Kloning gen target sangat dibantu
dengan adanya tehnik hibridisasi maupun amplikasi gen secara in vitro dengan proses reaksi polimerase berantai (PCR). Untuk keperluan hibridisasi diperlukan DNA pelacak (probe). Probe ini dapat berupa potongan gen yang mempunyai aktivitas serupa atau dapat berupa oligunukleotida yang disintesa berdasarkan informasi asam amino penyusun protein. Untuk teknik PCR diperlukan informasi urutan asam nukleat yang mengapit gen target yang digunakan sebagai dasar penyusun primer oligonukieotida dengan menggunakan DNA synthesizer. Protein berperan dalam semua aktivitas kehidupan sebab protein terlibat dalam setiap aspek kehidupan seperti katalis struktur, regulasi dan sebagainya.
Hormon yang juga mengandung protein, dan juga akan berpengaruh pada pengaturan terhadap ekspresi gen, hal ini dapat dipelajari pada beberapa jenis hewan, termasuk ayamhutan hijau (Gallusvarius). Beberapa jenis ayam yang akankita kenal sekarang ini berasal dari ayamhutan sebagai nenek moyangnya. Sampai saat ini ayam hutan (species Gallus)yang masih hidup ada 4 gallus, seperti Gallus varius (green jungle fowl), Gallus gallus atau Gallus benkiva (red jungle fowl), Gallus lafayetti (ceylonese jungle fowl) dan Gallus sonnerati (grey jungle fowl).
Beberapa tahun yang lalu harga seekor ayam hutan tidak sebanding dengan usaha penangkapannya. Pekerjaan yang dahulu hanya iseng-iseng sekarang lain menjadi semiprofesional sebagai akibatnya beberapa ayam hutan di pulau Jawa populasinya menurun, selanjutnya ayam hutan yang sempat dijual di pasar dan sampai ke tangan pembeli atau pemelihara, biasanya tidak akan berumur panjang. Hanya beberapa hari ada di rumah, ayam hutan ketakutan betelur, luka pada sayap dan kepala, tidak mau makan dan akhirnya mati Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan usaha pelestarian ayam hutan, terutama ayam hutan hijau (Gallus varius), maka diperlukan pengkajian yang mendalam untuk menelusuri kehidupannya. Dalam hal ini penulis mencoba meninjau regulasi hormonal terhadap ekspresi gen ayam hutan hijau (Gallus varius).
Pemenuhan kebutuhan protein hewani tidak terlepas dari peningkatan populasi ternak yang berimbas pada peningkatan jumlah dan kualitas produk. Peningkatan produksi ternak bergantung pula dari pola dan kualitas pakan. Peningkatan efisiensi kecernaan bahan pakan dan nutrisi dalam tubuh ternak akan menghasilkan produksi ternak yang maksimal. Ayam pedaging (broiler) merupakan salah satu sumber protein hewani yang murah. Produk utama berupa daging dan telur merupakan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Keunggulan ayam pedaging adalah dapat dijual sebelum usia 8 minggu. Pada usia itu berat tubuhnya hampir sama dengan tubuh ayam kampung berusia sekitar satu tahun,sehingga ayam pedaging merupakan sainganbaru ayam kampung, yang dikembangbiakkan secara khusus untuk pemasaran pada umur dini ayam broiler mempunyai rasa yang khas, empuk, dan dagingnya banyak. Kualitas pakan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keberhasilan pemeliharaan ayam. Namun, biaya pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi, usaha penekanan biaya pakan telah banyak dilakukan melalui berbagai penelitian, tetapi penggunaan mikroorganisme yang mampu mengubah susunan bahan organic menjadi susunan bahan organik lain yang lebih sederhana belum banyak dilakukan. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk meningkatkan kecernaan bahan pakan ternak, baik sebelum dikonsumsi maupun selama dalam saluran pencernaan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan probiotik .

II.FERMENTASI dengan EM-4 PADA AYAM BROILER
Kandungan protein pakan hasil fermentasi dengan EM-4 Fermentasi pakan dengan menggunakan Effective microorganisms-4 (EM-4) selama 4 X 24 jam mengakibatkan peningkatan kandungan protein pakan dibandingkan dengan pakan tanpa difermentasi. Hasil pengukuran protein pakan yang difermentasi pada penambahan larutan starter 5%; 10%; 15% dan 20% berturutturut adalah 23,76%; 25,07%; 30,01%; 24,88% dan perlakuan pakan tanpa difermentasi (kontrol) 19,19%. Peningkatan kandungan protein pada pakan disebabkan terjadi peningkatan unsur nitrogen yang terdapat pada bahan makanan berkarbohidrat dalam bentuk garam ammonium atau nitrat. Selain itu juga terjadi penambahan unsur nitrogen dari sel mikroorganisme atau senyawa volatil yang lepas. Fermentasi telah menyebabkan terjadinya perombakan unsur organik pakan, sehingga komponen dalam pakan menjadi lebih sederhana. Mikroorganisme EM-4 dalam melakukan fermentasi menggunakan energy untuk memenuhi aktivitasnya. Energi yang digunakan tersebut berasal dari perombakan ikatan-ikatan kimiawi tertentu dan juga dihasilkan dari proses glikolisis. Daya cerna protein pakan Pakan tanpa fermentasi yang diberikan kepada ayam akan menghasilkan nilai daya cerna protein yang lebih rendah dibandingkan dengan pakan yang difermentasi terlebih dahulu. Pakan yang difermentasi oleh mikroorganisme EM-4 mengalami perombakan menjadi lebih sederhana oleh mikroorganisme, sehingga bahan organik yang terkandung di dalamnya lebih mudah diserap oleh tubuh. Hasil penelitian ratarata daya cerna protein pakan. Pakan yang difermentasi cukup palatabel dan disukai oleh ternak. Besarnya nilai daya cerna protein pakan ditentukan oleh besarnya nilai protein yang dikonsumsi dan banyaknya protein yang dibuang bersama feses. Semakin sedikit protein yang dibuang bersama feses, maka akan meningkatkan nilai daya cernanya. Berdasarkan analisis varian dan hasil uji DMRT pada taraf signifikansi 5% diketahui bahwa nilai daya cerna protein pakan pada semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai tertinggi daya cerna protein pakan diperoleh pada P3 dengan konsentrasi larutan starter EM-4 15% yaitu sebesar 83,29%. Hal ini disebabkan pada konsentrasi tersebut jumlah. mikroorganisme perombak unsur-unsur organic dalam pakan bertambah banyak, sehingga kandungan gizi pakan (protein) akan lebih banyak dirombak menjadi lebih sederhana. Penggunaan EM-4 pada konsentrasi larutan starter 20% (P4) tidak efektif, besarnya nilai daya cerna protein pakan menurun yaitu 75,26%. Hal ini terjadi karena mikroorganisme EM-4 dalam mendekomposisikan unsur-unsur organik pakan terlalu banyak dibandingkan dengan substrat yang tersedia, sehingga menurunkan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Schlegel and Schmidt menyatakan bahwa menurunnya kecepatan pertumbuhan disebabkan oleh keterbatasan substrat, kepadatan populasi mikroorganisme yang tinggi, tekanan parsial oksigen yang rendah, kekurangan faktor pertumbuhan dan juga timbunan produk metabolisme yang toksik. bahwa peningkatan kualitas protein dalam pakan akan meningkatkan protein dalam tubuh. Bahan yang mengalami proses fermentasi mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari bahan asal. Hal ini disebabkan fermentasi menghasilkan enzim-enzim tertentu yang dapat menguraikan protein menjadi asam amino sehingga lebih mudah diserap tubuhKandungan protein daging
Kandungan protein Daging
Menurut Palupi, daging secara umum terbentuk dari beberapa unsur pokok seperti, air, protein, lemak, mineral, vitamin dan sebagainya, unsur-unsur tersebut tergantung umur dan makanan hewan. Daging ayam mengandung protein antara 21-24% dapat dilihat bahwa nilai rata-rata persentase kandungan protein daging yang difermentasi dengan EM-4 lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (P0) yang tidak mengalami fermentasi. Pakan dengan kandungan protein rendah akan memiliki kandungan protein daging yang rendah pula sedangkan perlakuan yang terbaik pada perlakuan dengan penambahan larutan starter 15% adalah yaitu sebesar 23,20%. Soeparno (1998) menyatakan optimal. Selain itu makanan yang mengalami fermentasi akan meningkatkan kandungan vitaminnya, seperti riboflavin, vitamin B12 dan Provitamin A yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Scott et al., (1982), menambahkan bahwa riboflavin sangat esensial untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh semua hewan.



Konsumsi pakan
Ternak mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat makanan dalam tubuh. Setelah dilakukan uji DMRT dengan taraf signifikansi 5% didapat hasil yang berbeda nyata antar perlakuan. Perlakuan pakan yang difermentasi mengakibatkan penurunan konsumsi pakan. Perlakuan yang terbaik terlihat pada perlakuan dengan penambahan larutan starter 15% (66,60) yaitu jumlah konsumsi pakan paling sedikit. Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari proses fermentasi oleh mikroorganisme EM- 4, menghasilkan asam-asam organik seperti asam propionat, asam butirat dan asam asetat, sehingga kebutuhan ayam akan energi akan tercukupi dari asam-asam organik sebagai sumber energi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1987), yang menyatakan bahwa pakan yang difermentasi EM-4 akan menurunkan konsumsi pakan karena adanya aktivitas dalam EM-4 yang melakukan fermentasi terhadap pakan tesebut,
Pertambahan berat badan
Pertambahan berat badan disebabkan secara langsung oleh ketersediaan asam amino pembentuk jaringan sehingga konsumsi protein pakan berhubungan langsung dengan proses pertumbuhan. Menurut Mirnawati  dan Nuraini bahwa protein yang berkulitas baik akan meningkatkan pertambahan berat badan setiap unit protein yang dikonsumsi. Dari dilihat bahwa pakan yang difermentasi dengan EM-4 mengakibatkan terjadinya peningkatan pertambahan berat badan dibandingkan dengan kontrol. Dari hasil uji DMRT dengan taraf signifikansi 5% diperoleh hasil yang berbeda nyata antar perlakuan. Pada perlakuan dengan penambahan larutan starter 15% memberikan hasil yang terbaik pada penelitian ini. Hal ini terjadi karena protein yang dikonsumsi pada perlakuan pakan yang difermentasi, unsur gizi pakan (terutama protein) telah terjadi perombakan menjadi lebih sederhana, sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh. Fermentasi bahan organik akan melepaskan asam amino dan sakarida dalam bentuk senyawa yang terlarut dan mudah diserap oleh saluran pencernaan ayam. Hal ini menyebabkan absorpsi dan pemanfaatan zat makanan untuk pertumbuhan menjadi lebih dilihat dari pertambahan berat badan yang semakin meningkat. Pertambahan berat badan secara langsung disebabkan oleh ketersediaan asam amino dalam jaringan, sehingga konsumsi protein pakan berhubungan dengan pertumbuhan. Protein dengan kualitas yang baik dapat meningkatkan pertambahan berat badan.


Konsumsi protein pakan
Hasil uji DMRT dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan bahwa perlakuan pakan antar perlakuan pada penelitian ini berbeda nyata terhadap konsumsi protein pakan. P0 sebagai perlakuan kontrol menunjukkan rata-rata konsumsi protein pakan yang rendah yaitu 13,49, karena kandungan protein pakannya juga rendah yaitu 19,19%. Pada perlakuan dengan penambahan larutan starter 15% karena kandungan protein pada pakannya paling tinggi yaitu 30,01%, maka konsumsi protein pakannya tertinggi yaitu 19,19. Peningkatan protein pada pakan mengakibatkan konsumsi protein pakan meningkat. Hasil analisis statistik rata-rata konsumsi protein pakan yang didapat . Fermentasi pakan telah mengubah unsur-unsur organic yang terkandung dalam pakan menjadi lebih sederhana, selain itu mikroorganisme EM-4 dalam melakukan aktivitas pada proses fermentasi juga berkembang dan bertambah banyak. Pakan yang difermentasi dengan mikroorganisme EM-4 jumlah protein yang terkandung dalam pakan akan meningkat, karena dalam pakan juga terdapat protein yang berasal dari mikroorganisme.
Konversi pakan
Pakan yang difermentasi dengan EM-4 mengakibatkan penurunan konversi pakan. Hasil analisis statistik rata-rata konversi pakan. Berdasarkan uji DMRT terhadap konversi pakan pada taraf signifikansi 5% pada semua perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata. Rata-rata nilai konversi pakan pada perakuan kontrol tanpa fermentasi adalah 1,95 lebih tinggi daripada pakan yang difermentasi. Nilai konversi pakan terendah pada perlakuan dengan penambahan larutan starter 15% karena menurut Siregar  jumlah konsumsi pakan yang rendah dan adanya peningkatan pertambahan berat badan mengakibatkan nilai konversi pakan yang diperoleh juga rendah. Tinggi rendahnya konversi menggambarkan efisiensi pakan. Nilai konversi pakan yang rendah dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakannya dan sebaliknya nilai konversi pakan yang tinggi menurunkan efisiensi penggunaan pakan.
Rasio efisiensi protein
Besarnya rasio efisiensi protein (REP) ditentukan oleh perubahan nilai pertambahan berat badan dan konsumsi protein. Hasil uji DMRT dengan taraf uji 5% menyatakan bahwa perlakuan pakan pada penelitian ini memberikan pengaruh nyata terhadap rasio efisiensi protein. Penurunan rasio efisiensi protein terjadi karena meningkatnya protein pada pakan.  dapat diketahui bahwa nilai rasio efisiensi protein lebih kecil daripada kontrol, sedangkan nilai terendah pada perlakuan dengan penambahan larutan starter 15% adalah 2,08. Semakin besar nilai pertambahan berat badan yang dihasilkan dan protein yang dikonsumsi semakin besar pula, maka rasio efisiensi proteinnya akan menurun. Peningkatan pertambahan berat badan berbanding terbalik dengan konversi pakan dan rasio efisiensi protein. Semakin besar nilai pertambahan berat badan yang dihasilkan, maka nilai konversi pakan dan rasio efisiensi protein menjadi kecil.

III. REGULASI HORMON PADA AYAM HUTAN
Pengendalian, pengaturan clan koordinasi aktivitas gel, jaringan dan alat–alat tubuh dilakukan oleh sistem saraf dan hormon. Meskipun fungsi saraf dan hormon berbeda tetapi banyak kaitan yang terjadi antara sistem safar dan hormon, misalnya ada beberapa kelenjar bersekresi hanya bila ada stimulus yang terdapat di kelenjar seperti pada kelenjar adrenal bagian medula dan neurohipofisa. Baik vertebrata maupun invertebrata mempunyai jaringan khusus yang mensekresikan zat pengatur yang langsung disalurkan ke dalam darah. Jaringan
khusus ini dikenal sebagai kelenjar endokrin, sedangkan zat pengatur yang disekresikan di sebut hormon. Pada saat ini telah diketahui banyak hormone bertindak sebagai messenger pertama yang merupakan seri dari messenger berikutnya sehingga mengarah kepada adanya respon spesifik di gel target.

Sifat-sifat kimia hormon.
Hormon merupakan bahan kimia yang disekresikan ke dalam cairan tubuholeh satu sel atau sekelompok sel dan dapat mempengaruhi fisiologi sel-sel tubuh lainnya. Sebahagian besar hormon disekresikan oleh kelenjar endokrin dan selanjutnya ke dalam darah diangkut ke seluruh tubuh. Secara kimiawi hormone dapat dibagi dalam 3 tipe dasar, Yaitu :
1. Hormon steroid; golongan ini merupakan struktur kimia yang mirip dengan kolesterol dan sebagian besar tipe ini berasal dari kolesterol. Ada bermacammacam hormon steroid yang disekresikan oleh (a) korteks adrenal (kortisol dan aldosteron), (b) ovarium (estrogen dan progesteron), (c) testis (tertosteron) dan (d) plasenta (estrogen clan progesteron).
2. Derivat asam amino tirosin; ada 2 kelompok hormon yang merupakan derivate asam amino tirosin yaitu tiroksi dan triiodotironin, merupakan bentuk iodinisasi dari derivat tirosin, dan kedua hormon utama yang berasal dari medula adrenal epenefrin dan norepinefrin, kedua duanya merupakan katekolamin yang berasal dari tirosin.
3. Protein atau peptida. Pada dasarnya semua hormon endokrin yang terpenting dapat merupakan derivat protein, peptida atau derivat keduanya. Hormon yang disekresikan kelenjar hipofisis anterior dapat merupakan molekul protein atau polipeptida besar; hormon hipofisis posterior, hormon antidiuretik dan oksitosisn merupakan peptida asam amino. Insulin, glukagon dan parathormon merupakan polipeptida besar. Hormon yang disekresi oleh hipotalamus merupakan peptida-peptida pendek yang mempunyai tiga sampai lima belas residu asam amino. Hormonhormon ini dapat diisolasi dan diidentifikasi sesudah melalui penelitian selama bertahun-tahun. Sebagai contoh 1 mg faktor hormon pelepas tirotropin yang dapat diisolasi dari 4 ton jaringan yang mendapat hadiah nobel pada tahun 1977  Ada lima metode yang digunakan dalam studi hormon atas kelenjar endokrin yaitu;
1. Ekstirpsasi kelenjar endokrin. Suatu alat tubuh dapat diidentifikasikan mempunyai fungsi endokrin bila alat tubuh ini diambil atau di inaktifkan. Misalnya dengan jalan diradiasi akan terjadi perubahan dalam struktur maupun fungsinya, perubahan-perubahan akan hilang bila kita menyuntikan hormon dari kelenjar yang normal atau bila kita menyuntikan hormon atau translantasi dari jaringan kelenjar.
2. Metoda menyuntikan, dengan menyuntikan suatu hormon tertentu kita dapat
mengetahui pengaruhnya.
3. Metode klinik, dengan metode klinik dapat ditentukan hubungan tidak berfungsinya tubuh dengan kelainan kelenjar.
4. Metode analitik, analisis perlu dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak
adanya hormon dalam darah, urin, saliva dan cairan tubuh.
5. Metode perunut zat radioaktif digunakan untuk melokasikan dan mencari jejak
hormon di dalam tubuh.

Mekanisme kerja hormone
Hormon endokrin hampir tidak pernah bekerja secara langsung padasistem intra selluler untuk mengatur berbagai reaksi kimia dalam sel. Hormonmula-mula berikatan dengan reseptor hormon yang terdapat di permukaan gelatau di dalam gel. Ikatan hormon dan reseptor memulai timbulnya rangkaianreaksi kimia di dalam gel. Setiap reseptor sangat spesifik untuk satu macamhormon. Keadaan inilah yang menentukan macam hormon yang akan bekerjapada suatu jaringan tertentu. Jaringan target yang berpengaruh adalah jaringanyang mempunyai reseptor spesifik.Pada umumnya lokasi reseptor dari berbagai macam hormon adalahsebagai berikut;
- Pada membran sel, reseptor pada membran sangat khusus untuk hormonegolongan protein, peptida dan katekolamin.
- Di dalam sitoplasma, reseptor untuk berbagai hormon steroid dapat dijumpaihampir semuanya di dalam sitoplasma.
- Di dalam inti, reseptor untuk hormon metabolisme tiroid (tiroksin dantriiodotironin), ditemukan didalam inti, diduga terletak dalam hubungan langsungdengan satu atau lebih kromosom.Jumlah reseptor di dalam suatu sel target tidak konstan, sebab reseptorprotein ini akan rusak sendiri atau dengan mekanisme pembentukan protein didalam sel dapat terbentuk reseptor baru. Hormon steroid dan tiroksin mengubahfungsi sel dengan cara mengaktifkan gen, tetapi dengan mekanisme yang sedikitberbeda Hormon steroid merupakan hormon yang larut dalam lemak, sehinggadengan mudah dapat menembus membran sel menuju ke sel target. Setelahmasuk ke dalam sel, hormon steroid mengadakan ikatan dengan reseptor yangada dalam sitoplasma membentuk hormon reseptor kompleks. Selanjutnyahormon reseptor kompleks di translokasikan ke dalam nukleus dan mengadakaninteraksi dengan gen yang khusus. Gen yang diaktifkan kemudian membentukenzim yang penting untuk mengubah fungsi sel.

IV. EKSPRESI GEN PADA AYAM HUTAN
Gen adalah sepotong DNA yang menyandikan rantai polipeptida dan RNA.Tidak semua gen diekspresikan secara tepat dalam bentuk rantai polipeptida.Beberapa gen menyandikan beberapa jenis RNA tranfer dan gen lain menyandiberbagai jenis RNA ribosomal. Gen yang menyandi polipeptida dan RNA dikenalsebagai gen struktural. Gen ini menentukan struktur beberapa produk akhir gen,seperti suatu enzim atau RNA yang stabil. DNA juga mengandung segmen atauurutan lain yang hanya menjalankan fungsi pengaturan (regulasi). Beberapadiantara segmen pengatur menyusun isyarat yang menunjukkan awal dan akhirgen struktural, yang lain berpartisipasi dalam memulai atau mengakhiri prosestranskripsi gen struktural. Jadi kromosom mengandung gen struktural dan urutanpengatur Semua gen harus diekspresikan agar berfungsi. Tahap pertama dalamekspresi adalah transkripsi gen menjadi untaian RNA yang komplementer. Untukbeberapa gen yang mengkode molekul tRNA dan rRNA transkripsi itu sendirimerupakan molekul yang penting secara fungsional.Untuk gen-gen lain transkripsi ditranslasi menjadi molekul protein.Potongan gen yang tidak terdapat pada transkripsi disebut intron. Disampingintron, lokasi titik permulaan dan titik akhir transkripsi sangat pentingdiperhatikan. Kebanyakan transkrip tidak hanya merupakan kopi gen tetapi jugadaerah nukleotid pada kedua sisinya. Signal atau isyarat menentukan permulaandan akhir proses transkrip. Signal terletak dalam urutan polinukleotid pendekyang mengatur kerja enzim polimerase yang menstranskrip.Kebanyakan metode analisis transkrip didasarkan kepada hibridisasi antara transkrip RNA dengan pragmen DNA yang rnengandung gen bersangkutan Pada hibridisasi asam nukleat, hibridisasi antara untai DNA komplernenter dengan untai RNA terjadi sama cepatnya dengan hibridisasi antara molekul DNA untaitunggal Hasil hibrid DNA-RNA dapat dianalisis dengan mikroskop elektron atau dengan nuklease yang spesifik. Pengamatan molekul asam nukleat dengan ME Biasanya molekul DNA dicampur dengan protein seperti sitokrom misalnya sitokrom c yang akan mengikat polinukleotid dan membungkusnya dalam lapisan yang tebal. Molekul yang terbungkus ini harus diwarnai dengan uranil asetat atau bahan padat elektron lain Jika gen mengandung intro maka daerah untai DNA tidak akan memiliki homologi dengan transkrip RNA, sehingga tidak terjadi pasangan basa. Sebaliknya akan terbentuk pelengkungan keluar (loop out) yang memberikan gambaran khas pada pengamatan mikroskop electron Jumlah dan posisi lengkung tersebut akan sesuai dengan jumlah dan posisi intron dalam gen. Informasi selanjutnya akan diperoleh dengan melakukan perunutan gen dan mencari gambaran khas yang menandai batas-batas intron. Analisa hibrid DNA-RNA dengan menggunakan nuclease Hibrid DNA-RNA melibatkan penggunaan nuklease spesifik untuk untai tunggal seperti nuklease S 1, ensim ini memecah DNA atau RNA untai tunggal, termasuk daerah untai tunggal pada ujung molekul yang terutama beruntai ganda atau pada hibrid DNA-RNA. Jika molekul DNA yang mengandung gen dihibridisasi dengan transkrip RNAnya dan kemudian diberi nuklease S 1, maka  daerah untai tunggal DNA non hibrid pada tiap ujung hibrid akan didigesti bersama-sama dengan intron yang melengkung keluar  Fragmen DNA untai tunggal yang terlindung dari digesti nuklease S 1 dapat diambil kembali jika untai RNA dipecahkan dengan penambahan alkali. Cara yang digunakan untuk mernilih fragmen restriksi yang membatasi gen. Fragmen Sau 3A yang mengandung daerah yang membentuk kode 100 bp, bersama dengan urutan leader yangmendahului gen dengan panjang 300 bp, telah diklon ke dalam vektor M 13 dan didapatkan sebagai molekul untai tunggal. Sampel transkrip RNA ditambahkan dan dibiarkan untuk bergabung dengan molekul DNA. Molekul DNA masih akan merupakan untai tunggal, tetapi sekarang memiliki daerah kecil yang dilindungi oleh transkrip RNA, kecuali daerah yang terlindungi semua akan didigesti oleh nuklease S 1 dan RNA dipecah dengan alkali sehingga meninggalkan sebuah fragmen DNA untai tunggal pendek. Jika manipulasi tersebut diamati dengan seksama maka akan menjadi jelas bahwa ukuran fragmen untai tunggal ini sesuai dengan jarak antara titikpermulaan transkrip dengan tempat Sau 3A sebelah kanan, oleh karena itu ukuran fragmen untai tunggal tersebut ditentukan dengan elektroforesis dan informasi ini digunakan untuk menandai titik permulaan transkrip pada urutanPada tahun terakhir ini telah dikembangkan tekhnik manipulasi RNA, termasuk cara untuk menentukan urutan RNA. Proses ini memberikan gambaran dalam pengaturan ekspresi gen. Mengidentifikasi dan mempelajari produk translasi gen yang diklonkan. Dua tehnik yang berhubungan yaitu Hybrid-Release Translation (HRT) dan Hybrid-Arrest Translation (HART) digunakan untuk identifikasi produk translasi yang dikode oleh gen yang diklonkan. Keduanya tergantung pada kemampuan mRNA mumi untuk mengarahkan sintesa protein dalam sistem translasi bebas sel (cell-free translation systeme). Sistem tersebut merupakan ekstrak sel yang biasanya dibuat dari benih gandum atau retikulosit kelinci, keduanya sangat aktif dalam sintesis protein serta mengandung ribosom, tRNA dan molekul lain yang diperlukan untuk sintesa protein sampel mRNA ditambahkan pada sistem translasi bebas sel bersama-sama dengan campuran 20 asam amino yang ditemukan pada protein yang satu diantaranya dilabel (biasanya digunakan S32-metionin) molekul-molekul mRNA akan ditranslasi menjadi campuran protein radioaktif yang dapat dipisahkan dengan elektroforesis dan ditunjukkan dengan iiutodiograti. Tiap pita menunjukkan 1 protein yang dikodekan oleh salah satu molekul mRNA.Analisa perbandingan DNA mitokondria pada jenis Gallus berbeda, member gambaran perbedaan pada sekuen antara Gallus gallus seperti Gallus sonnerati, Gallus varius clan Gallus lafayettei berturut-turut adalah 0,9%, 10,5% clan 12,6%. Diasumsikan bahwa laju evolusi mtDNAnya adalah 3% per sejuta tahun. Analisis mtDNA ini memberikan informasi tentang hubungan filogenik maternal pada species Gallus. " Mekanisme hormonan pada pengaturan ekspresi gen gel-gel mamalia dipengaruhi oleh aktivitas cAMP, dimana c AMP berhubungan dengan pengaturan sintesa enzim spesifik, seperti halnya pada bakteri. Mekanisme stimulasi sintesa enzim spesifik seperti enzim steroid, hydrocortisone sama halnya dengan hormone polipeptida seperti insulin. Perbedaan struktur dari hormon akan menunjukkan mekanisme induksi enzim yang bebeda, seperti steroid yang diekspresi gennya dimulai pada proses transkripsi dan insulin aktivitasnya dimulai pada tingkat post transkripsi Mekanisme regulasi dari lipoprotein lipase padatikut ditunjukkan pada tingkat translasi, namun tidak ada perubahan pada mRNAnya. Ekspresi gen untuk protein susu diatur oleh hormon growth factor dan matriks ekstraselluler. Hormon prolaktin dan laktogen teraktifasi pada semua tingkat. Ekspresi gen casein prolaktin meningkat pada tingkat transkripsi beta casein gen dan stabil pada beta casein mRNA sedangkan hormon pertumbuhan (somatotropin) pada alfa dan beta casein gen. Regulasi estrogen dan progesteron pada proses diferensiasi dan fungsionaldari oviduk ayam terfokus pada sintesa avolbumin. Mulai dari polipeptida tunggal hingga 50% sampai 60% pada akhir diferensiasi. Proses yang dimulai dan perubahan tekanan potensial untuk pemisahan elemen molekul yang menyelubungi sintesa protein spesifik, termasuk polisom spesifik, rnRNA dan gen. Langkah-langkah analisa regulasi antara transkripsi dan translasi pada mRNAs spesifik seperti efek dari perkembangan dan variasi hormonal.Skema efek estrogen dan progesteron pada perkembangan dan fungsional oviduk ayam, terlihat estrogen (pada ayam muda) mengalami diferensiasi sitoplasma gel-gel kelenjar tubular pada waktu sintesa ovalbumin, di sebut stimulasi primer. Jika diferensiasi terhenti maka sintesa ovalbumin juga terhenti. lni menunjukkan bahwa gel-gel dalam keadaan toidak aktif disebut stimulasi sekunder. Hal ini akan aktif kembali bila pada ribosom estrogen dan progesterone diproduksi. Namun sebaliknya dapat juga terjadi dimana terbentuknya progesteron dan estrogen akan menghalangi diferensiasi sitoplasma dan akhirnya akan menggagalkan sintesa ovalbumin pada permukaan gel tetapi masing masing gel tetap mengalami perubahan bentuk.

DAFTAR PUSTAKA
Anggordi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama..
Brown, T.A. 1991. Gene cloning an introduction (pengaturan kloning gene) S.A.
Dwidjoseputro, D. 1987. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Penerbit Djambatan.Muhammad, dkk. Yayasan Essentia Medica. Yogyakarta
Glick, B.R. and J.J. Pasternale. 1994. Molecular Biotechnology Principles and
Aplication of Recombinant DNA. ASM Pres. New York.
Guyton, A.C.1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Herrmann, K.M. and R.L. Somerville. 1983. Amino acid, Biosynthesis ang Genetic
Kenney, F; B.A. Hamkala; G.Favelulees and J.T. August. 1973. Gene Expression
and its Regulation. Plenum Press. New York.
Lehninger, A.L. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Erlangga. Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar